Menyampaikan Kajian dengan Seijin Pemerintah, Sebuah Manhaj As-Salaf
Menyampaikan Kajian dengan Seijin Pemerintah, Sebuah Manhaj As-Salaf
Oleh: dr. M Faiq Sulaifi
Termasuk manhaj Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah meminta ijin pemerintah dalam mengadakan kegiatan dakwah. Ketika melakukan kegiatan dakwah, mereka membangun lembaga dakwah atau yayasan dakwah sebagaimana peraturan pemerintah di negeri mereka. Begitu pula ketika mengadakan kegiatan daurah keilmuan, mereka juga harus mendapatkan ijin dari pemerintah setempat.
Sebaliknya, manhaj khawarij adalah melakukan dakwah tanpa seijin penguasa. Mereka berdakwah secara diam-diam tanpa mendirikan lembaga ataupun yayasan sehingga menyulitkan pemerintah untuk mengawasi mereka. Begitu pula ketika mengadakan daurah, mereka tidak meminta ijin pemerintah terlebih dahulu. Baca selengkapnya…
Menganggap Diri Paling Salafy, Akhlaq Jahiliyyah
Menganggap Diri Paling Salafy, Akhlaq Jahiliyyah
Oleh: dr. M Faiq Sulaifi
Di antara sekian banyak akhlaq jahiliyyah yang harus dijauhi oleh setiap pencari kebenaran adalah memiliki perasaan bahwa dirinya paling berilmu, paling salafi, atau ma’hadnya yang paling salafi atau menganggapnya sebagai markiz dakwah salafiyah yang paling murni sedunia (sebagaimana yang dikutip dengan tulisan yang tebal dan jelas oleh sebuah Situs Hizbi yang penuh dengan fitnah) dan sebagainya. Ucapan-ucapan semisal ini tidaklah muncul kecuali dari mulut orang-orang yang memiliki penyakit jahiliyyah. Yang aneh adalah mereka masih mengaku diri mereka paling salafi atau paling murni ke-salafi-annya dalam keadaan mereka terjangkiti penyakit jahiliyyah ini.
Perbuatan ini dinamakan ‘tazkiyatun nafs’ yang artinya merasa diri paling bersih, paling alim atau paling salafi. Baca selengkapnya…
Majelis Dzikir Bersama ala Arifin Ilham, Bid’ahkah?
Majelis Dzikir Bersama ala Arifin Ilham, Bid’ahkah?
Oleh: dr. M Faiq Sulaifi
Sebagian kaum muslimin yang tercelup dengan bid’ah sufiyah memperbolehkan bahkan menganjurkan adanya acara dzikir berjamaah –seperti model dzikirnya Arifin Ilham- dengan berdalil pada sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:
إِنَّ لِلَّهِ مَلَائِكَةً سَيَّاحِينَ فِي الْأَرْضِ فُضُلًا عَنْ كُتَّابِ النَّاسِ فَإِذَا وَجَدُوا أَقْوَامًا يَذْكُرُونَ اللَّهَ تَنَادَوْا هَلُمُّوا إِلَى بُغْيَتِكُمْ فَيَجِيئُونَ فَيَحُفُّونَ بِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُولُ اللَّهُ عَلَى أَيِّ شَيْءٍ تَرَكْتُمْ عِبَادِي يَصْنَعُونَ فَيَقُولُونَ تَرَكْنَاهُمْ يَحْمَدُونَكَ وَيُمَجِّدُونَكَ وَيَذْكُرُونَكَ قَالَ فَيَقُولُ فَهَلْ رَأَوْنِي فَيَقُولُونَ لَا قَالَ فَيَقُولُ فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْنِي قَالَ فَيَقُولُونَ لَوْ رَأَوْكَ لَكَانُوا أَشَدَّ تَحْمِيدًا وَأَشَدَّ تَمْجِيدًا وَأَشَدَّ لَكَ ذِكْرًا قَالَ فَيَقُولُ وَأَيُّ شَيْءٍ يَطْلُبُونَ قَالَ فَيَقُولُونَ يَطْلُبُونَ الْجَنَّةَ قَالَ فَيَقُولُ وَهَلْ رَأَوْهَا قَالَ فَيَقُولُونَ لَا قَالَ فَيَقُولُ فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْهَا قَالَ فَيَقُولُونَ لَوْ رَأَوْهَا لَكَانُوا أَشَدَّ لَهَا طَلَبًا وَأَشَدَّ عَلَيْهَا حِرْصًا قَالَ فَيَقُولُ فَمِنْ أَيِّ شَيْءٍ يَتَعَوَّذُونَ قَالُوا يَتَعَوَّذُونَ مِنْ النَّارِ قَالَ فَيَقُولُ هَلْ رَأَوْهَا فَيَقُولُونَ لَا فَيَقُولُ فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْهَا فَيَقُولُونَ لَوْ رَأَوْهَا لَكَانُوا أَشَدَّ مِنْهَا هَرَبًا وَأَشَدَّ مِنْهَا خَوْفًا وَأَشَدَّ مِنْهَا تَعَوُّذًا قَالَ فَيَقُولُ فَإِنِّي أُشْهِدُكُمْ أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ فَيَقُولُونَ إِنَّ فِيهِمْ فُلَانًا الْخَطَّاءَ لَمْ يُرِدْهُمْ إِنَّمَا جَاءَهُمْ لِحَاجَةٍ فَيَقُولُ هُمْ الْقَوْمُ لَا يَشْقَى لَهُمْ جَلِيسٌ
“Sesungguhnya Allah memiliki para malaikat yang berjalan di bumi selain sebagai pencatat amal manusia. Jika mereka (para malaikat) mendapati kaum yang sedang berdzikir (mengingat) Allah, maka mereka saling memanggil: “Ayo ke tujuan kalian (yaitu halaqah dzikir)!” Kemudian mereka mendatangi kaum tersebut dan meliputi mereka sampai ke langit dunia. Maka berkata: “Hamba-hamba-Ku kalian tinggalkan sedang melalukan apa?” Maka para malaikat menjawab: “Kami tinggalkan mereka dalam keadaan memuji-Mu, membesarkan-Mu dan mengingat-Mu.” Maka Allah bertanya: “Apakah mereka pernah melihat-Ku?” Para malaikat menjawab: “Belum pernah.” Maka Allah bertanya: “Bagaimana seandainya mereka melihat-Ku.” Para malaikat menjawab: “Seandainya mereka melihat-Mu maka mereka akan bertambah pujiannya, bertambah pengagungannya, dan bertambah mengingat-Mu.” Allah bertanya: “Apa yang mereka cari (dengan halaqah dzikir itu)?” Para malaikat menjawab: “Mencari surga.” …….dst. (HR. At-Tirmidzi: 3524, beliau berkata: “Hadits hasan shahih.” Ahmad: 7418 (2/252) dari Abu Sa’id Al-Khudri t)
Sedangkan dalam Shahih Muslim dengan lafazh:
إِنَّ لِلَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى مَلَائِكَةً سَيَّارَةً فُضُلًا يَتَتَبَّعُونَ مَجَالِسَ الذِّكْرِ..
“Sesungguhnya Allah tabaraka wa ta’ala memiliki malaikat yang berjalan –selain tugas utama- mencari majelis-majelis dzikir….dst”. (HR. Muslim: 4854 dari Abu Hurairah t).
Jawaban:
Ini adalah suatu tahrif (penyelewengan) makna hadits yang dilakukan oleh kaum sufi terhadap makna yang dikehendaki oleh Rasulullah r dan salafush shalih dari kalangan sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in. Baca selengkapnya…
Memurnikan Pemahaman Keislaman
Memurnikan Pemahaman Keislaman
Oleh: dr. M Faiq Sulaifi
Mengembalikan pemahaman keislaman pada praktik Al-Islam pada generasi awal adalah mutlak dilakukan dalam rangka meraih kejayaan kaum muslimin. Al-Imam Malik bin Anas pernah menyatakan:
لن يصلح آخر هذه الأمة إلا ما أصلح أولها
“Tidak akan memperbaiki keadaan generasi terakhir umat ini kecuali perkara yang memperbaiki generasi umat islam yang pertama.” (Ash-Sharimul Munki fir Raddi alas Subki: 59).
Berbagai penyimpangan pemahaman, tradisi dan praktik keislaman dapat kita temui dalam berbagai bidang seperti aqidah, manhaj, tafsir dan ibadah. Keadaan yang demikian ini menyebabkan umat islam semakin terpuruk ke belakang. Baca selengkapnya…
Komentar